Setelah melihat hasil screen shoot dari recehan dajjal jihat tai, hadar sebuah keyakinan dalam hati ana kalo si recehan dajjal ini GEBLEG MUROKAB MAHDOH. Berikiut hasil screen shootnya:Klik Disini
KENAPA DIA GEBLEG?
Cos dia gak mengerti dg apa yang dia tulis sehinggah ia jatuh dalam kubangan kesalahan. Ironisnya ia tak menyadari hal
ini. Ibarat seseorang yang jatuh ke dalam jurang yang begitu dalam dan
sebelum sampai ke dasar jurang ia merasa dirinya sedang melyang di
angkasa. Ya...si recehan dajjal merasa tulisannya ilmiyah. Namun siapa
yang tau kalo apa yang dia tulis benar2 ada di dalam kitab2 yang di
jadikan refrensi????. siapa yang tau kalo kitab 2 itu banar membahas apa
yang di bicarakan???.
Tidak ada yg tau kecuali dia yg mau
merujuk langsung ke kitab tersebut. Sayang seribu kali sayang, orang2
syiah gak pernah merujuk langsung ke kitab itu termasuk si RECEHAN
DAJJAL JIHAT TAI INI.Mereka ibarat KEBO MLONGO ATO SAPI OMPONG di sawah yang telah di kekeng menggunakan tali2 KEBOHONGAN ULAMA2 SYIAH.
Sebut
saja abdul husain laknatulloh alaih; pendusta syiah yg ngaku telah
melakukan kajian kritis terhadap hadis2 yang di riwayatkan oleh abu
huroiroh ra. Kemudian ia mengambil kesimpulan kalo abu huroiroh dungu
dan berotak tumpul yang suka mengarang2 hadis. Namun, ternyata hadis 2
yg serupa dg hadis yang di riwayatkan oleh abu huroiroh juga terdapat di
dalam kitab mereka sendiri dan ulama' mereka tidak mempermasalahkannya. Lihat disini
Satu kesalahan fatal yang di lakukan oleh abdul husain yg menyeretnya kepada KEKAFIRAN adalah
ketika ia mengeritik hadis abu huroiroh tentang dialog antara surga dan
neraka. Ia tidak percaya dg hadis tersebut. Katanya : sangat tidak
masuk akal neraka dapat bicara. Dg apa ia bicara????.
Padahal al
quran juga menceritakan dialog antara Alloh dan Neraka jahannam. Qof:
30, artinya:" Di hari ketika kami berfirman kepada jahannam " apakah
kamu telah penuh?". Neraka jahannam menjawab:apakah masih ada
tambahan?".
Kalo abdul husain mengingkari hadis tentang dialog
antara surga dan neraka dg alasan ini tidak masuk akal sebab neraka
tidak mungkin bisa bicara, berarti ia juga mengingkari surat qof;30 yg
menceritakan dialog antara Alloh dan Neraka. Mengingkari satu huruf
quran aja hukumnya kafir, apalagi mengingkari satu ayat.
Ya ....begitu lah syiah. Mereka gemar berkaor2 tp tidak paham dg apa yg di ucapkan. Mereka gemar maling hadis2 dari kitab sunni Namun tidak tau maksud dari hadis tersebut. Sebagai contoh hadis2 tentang 12 kholifah yg di klaim sbagai dalil 12 imam mereka. Lihat disini
Ke GEBLEG annya
yg hanya melirik angka 12 tanpa melototin sifat2 12 kholifah yg di
bicarakan dalam hadis menyeretnya ke dalam jurang yg begitu dalam.
Sebelum ia sampai kedasar jurang ia merasa sperti terbang melayang di
angkasa.Padahal hadis 12 kholifah itu memiliki berbgai siyaqul kalam yg
membicarakan 12 kholifah dg sifat2 sbb: ISLAM AKAN JAYA DI BAWAH KEPEMIMPINANNYA DAN SELURUH UMAT SEPAKAT ATAS KEPEMIMPINANNYA.
Apakah sifat2 ini ada pada 12 imam syiah?...TIDAK ADA.
Bahkan syiah tidak sepakat dalam memlih imam. Ada yg lelah dan mandek
sampe 5 doang. ada yg ngacir sampe 7 imam. Dan ada yg enjoi2 aja sampe
12, sehinga aliran yg menamakan diri dg syiah ini trpecah menjadi 22
aliran. karena sifat2 itu tidak terdapat pada 12 imam syiah, maka jelas
hadis tidak membicarakan mereka.
LALU BAGAIMANA DG HADIS2 YG MEMBICARAKAN KEUTAMAAN SYIAH SEBAGAIMANA YG TERTERA DALAM CATATAN SI RECEHAN DAJJAL JIHAD TAI?
Klik Disini
Pertama
kita pahami kalo hadis itu membicarakan syiah aly. Sejarah telah
mencatat adanya 22 aliran yg menamakan diri sebagai syiah aly. Masing2
mereka saling mengkafirkan antara satu dg yang lainnya. Kita bertanya2,
mengapa syiah Aly kafir semua?. INI MERUPAKAN BUKTI KALO MEREKA BUKAN SYIAH ALY. Lebih dari itu , sejarah juga telah mencatat sekandal yg di lakukan aliran2 yg menamakan diri sebagai syiah, Lihat disini
Kita bertanya2 mungkin kah syiah Aly melakukan kejahatan seperti itu yg mengancam eksistensi islam?...MUSTAHIL DAN SANGAT TIDAK MASUK AKAL. Ini menjadi salah satu alasan mengapa para Ulama menolak pengakuan syiah, bahkan manusia 2 muliya dari ahl bait yg di catut sebagai imam syiah menolak pengakuan syiah. Lihat disini
Ok!!! mari kita kaji siapa syiah sebenarnya. Kita lihat dari sudut ajaran fundal mereka yg telah di MUT AH KAN DG KONSEP IMAMIYAH, YAKNI KONSEP TAQIYYAH.
Al
hamdulillah dalam buku THE MIRACLE kita dapati sejarah yahudi khoibar.
Pada halam 1269 di sebutkan senjata ampuh yahudi khoibar, yaitu KHIANAT DAN TAQIYYAH. Mereka
tidak segan2 menyuruh sebagian kaumnya bertaqiyah ( pura2) masuk islam
dg tujuan membuat propganda mengenai pemahaman agama.
Ini slah satu petunjuk bahwa syiah12 adalah warisan yahudi.
Mungkin orang2 syiah tidak terima dg ini. Tp tenang aja. Cos, ana belum menarik kesimpulan dari kajian ini.Kita akan mengkaji riwayat saif bin umar yg menurut nukilan jihat aly, ulama 2 sunni menilainya tidak tsiqoh.
Kalo
antum sekalian benar2 mencari kebenaran , silahkan melakukan tabayyun
dg langsung merujak ke kitab yg di jadikan refrensi oleh si recehan
dajjal jihat tai. Dan antum sekalia akan mendapatkan bukti KEBOHONGAN
SI RECEHAN DAJJAL INI. SEKALIGUS AKAN MEMBUKTIKAN KE GEBLEGAN YNA. IA
LAKSANA KEBO MLONGO ATO SAPI OMPONG DI SAWAH YG TELAH DI KEKANG
HIDUNGNYA MENGGUNAKAN TALI2 KEDUSTAAN ULAMA2 SYIAH SENDIRI.
KENAPA??????????
Sebab
pernyataan ulama tersebut hanya membicarakan riwayat saif bin umar
mengenai hadis2 bab fiqh. Mereka tidak mengomentari riwayat saif bin
umar tentang tarikh ato sejarah, termasuk sejarah abdulloh bin saba'.
Justru orang 2 zindiq ato orientalis lah yg mencoba mengkaburkan adanya
sosok ibn saba' dg tujuan untuk menyudutkan sahabat nabi.
Sebut
saja Nicholas, Van vloten, dan Donaldson. Mereka orientalis yg juga
menukil riwayat tentang ibn saba'. Namun penukilan ini bukan untuk
mempercayai adanya ibn saba'. Justru mereka mingingkari adanya Ibn
saba'.
( tahqiq mawaqif shohabat filfitnah juz 1 hlm 314).
Jadi
kalo orang syiah bilang bahwa ulama sunni tidak mempercayai saif bin
umar: ini benar. Namun mereka yg mengomentari saif bin umar hanya dalam
riwayat hadis tentang bab fiqh. Mereka tidak mengomentari riwayat bab
tarikh ato sejarah. Hal ini di nyatakan oleh Ibn Hajjar, Adzihny dan yg
lainnya.
Kalo Orang syiah mengatakan bahwa riwayat ibn saba' di
riwayatkan oleh orang orientalis: INI BENAR. Namun tujuan mereka adalah
untuk mengaburkan adanya ibn saba' sebagai mana syiah.
Di samping itu , riwayat tentag ibn saba' tenyata tidak hanya dari saif bin umar. Ada jalur lain yg meriwayatkan adanya ibn saba', yakna dari AL QUMY DAN AL BAGHDADY.
(lihat: al farqu bainalfiroq, al firoq walmilal wannahl, Tobaqot wal adab wal absab dan Al maqolat filfiroq).
Dg demikian riwyat ibn saba' memiliki 3 jalur. Dari Saif
bin Umar, Al qumy dan Al baghdady. Berarti riwayat ini tidak dapat di
sebut maudu' ato palsu. Melainkan di sebut Masyhur. Cos di riwayatkan
oleh 3 orang.
Kemudian pernyataan dari Ibnu
hajjar, Adzihny dan yg lainnya sebagaimana yg di nukil oleh Dr Amzun
dlm kitabnya, Tahqiq mawaqif sahabat filfitnah,bahwa saif bin umar
tsiqoh/ dapat di percaya dalam riwayat tarikh, ini menghilangkan 'ilat
ato jarh riwayat nya. Dg demikian riwayatnya tentang ibn saba' tidak
bisa di sebut do'if.
Melainkan Hasan ato Sohih. Katakan lah riwayat itu hasan, mk riwayat seperti ini masih dapat di gunakan sebagai hujjah.
Mari kita lihat jalur2 periwayatan ibn saba'.
* Diriwayatkan dari jalur
Abu Khaitsamah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin ‘Abbad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammar ad-Duhani katanya, saya mendengar Abu Thufail berkata …..”
* Diriwayatkan melalui jalur ‘Amr bin Marzuk ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zain
bin Wahb ia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhu berkata, ‘ada apa
denganku dan dengan orang jahat yang hitam ini (maksudnya Abdullah bin
Saba’) ia telah mencela Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhu.”
*
Diriwayatkan pula melalui jalur Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyas dari Mujalid dari Sya’bi ia berkata, “Pertama kali yang berdusta adalah Abdullah bin Saba’.”
*
Ibnu Ya’la Al-Mushili berkata dalam kitab Musnadnya, “Telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Hasan Al-Asadi ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Harun bin Shalih dari Harits bin Abdurrahman dari Abul Jallas katanya, ‘aku mendengar Ali berkata kepada Abdullah bin Saba’, ‘….”
* Berkata Abu Ishaq al-Fazzari dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’ dari Zaid bin Wahb …………. (lihat semuanya di Lisanul Mizan 2/40)
Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:
* Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
*
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang
ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
*
Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling
ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum
Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi
Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa
kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
*
Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika
menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang
membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah
yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang
disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’
seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
*
Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil
Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah
dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada
manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah
bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
* Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)
Demikian
pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi
yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah
bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif
mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.
* Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
*
Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’,
dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali
bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
*
Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk
yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke
dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
*
Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin
‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah
yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul
Kamal 4/536)
* As Sam’ani dalam kitabnya Al
Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong
khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada
Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
*
As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42
berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri
Sabaiyyah dari rafidhah.”
* Dan selain mereka banyak sekali.
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Syi’ah
* Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad
bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin
Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan
Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari
Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata,
‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya
sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah!
Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
* Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
* Dan selain keduanya.
Banyaknya
syahid tentang riwayat ibn saba' memperkuat riwayat satu dg yg lainnya.
Maka makin jelaslah kebenaran adanya tokoh ibn saba'. Menurut al qumy:
ibn saba' lah yg menebarkan kebencian kpd Abu bakar dan Umar. Ini dapat
di maklumi sbb Aly kw sangat menghormati ke duanya. Imam ahmad dlam
musnadnya meriwayatkan dari Aly kw, : sebaik2 umat setelah nabinya adalh Abu bakar dan Umar". Menurut Adzahabi riwayat ini mutawatir dari Aly
kw. Al iroqy dalam alfiyah usul hadis nya berkata : jika ada seorang
ulama yg telah menyatakan derajad suatu hadis , mak bagi penukilnya
boleh mengatakan sebagaimana yg di katkan oleh ulama tersebut. Dg
demikian riwyt dlm musnad ahmad tersebut mutawatir.
WAHAI RECEHAN DAJJAL JIHAD TAI......!!!!!!!,
jika
nte benar2 peduli dg bidang jarh wa ta'dil dalam menerima suatu
riwayat, maka nte harus menerima riwayat mutawatir dalam musnad ahmat
tersebut. Jika nte menolak, berrti nte tidak peduli. Kalo nte tidak
peduli, berarti nte menerima riwayat tentang ibn saba'.
Jika nte
menolak riwayat itu dg alasan adanya ilat di dalam nya, bersamaan dg itu
nte juga menolak riwayat yg telah di nyatakan mutawatir, berarti nte
plin plan. karena itu kita kembalikan syiah sebagaimana dg pengakuan nte
bhwa syiah di kenal dan istilahnya di gunakan di dalam quran dg
predikat sbb:
1). SESAT ( al qosos;30)
2). MUSYRIK( maryam; 69)
3). PEMECAH BELAH AGAMA (al a'rof; 159).
Kamis, 02 Februari 2012
Rabu, 01 Februari 2012
Ahlul Bait Berdasarkan Istilah Syari’
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al Ahzab (33) : 33]Yang menjadi penekanan di ayat ini adalah “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Jadi benar bahwasanya jelas kata “ahlul bait” diambil dari Al Quran, di ayat ini dikatakan أهل ٱلبيت .
Syaikh Abdurrahman Asy Sya’li rahimahullah menafsirkan ayat ini bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala ingin menghilangkan dosa dari ahlul bait artinya adalah Allah Subhanahu wata’ala ingin menghindarkan perbuatan-perbuatan keji agar tidak dilakukan oleh ahlul bait Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian di ayat setelahnya yaitu ayat ke-34,
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” [Al Ahzab (33) : 34]Ibnu Katsir Rahimahullah menafsirkan ayat ini bahwasanya beliau berkata
“Artinya Allah memerintahkan untuk mengerjakan dengan apa yang diturunkan Allah kepada Rosulnya, yaitu berupa Al Quran dan As Sunnah, di rumah-rumah kalian. Ayat ini menjelaskan mengenai perintah kepada ahlul bait untuk mengamalkan segala sesuatu yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah di rumah-rumah mereka dan ayat ini atau perintah ini ditujukan bagi istri-istri Nabi. ”Lebih jelas lagi ahlul bait dijelaskan dalam sebuah hadits yang shahih dalam shahih muslim,
Dari Zaid bin Arqom Radliyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam suatu hari pernah berkhutbah, “Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku”, beliau mengucapkan ini sampai 3 kali. Maka Husain Bin Sibrah (perawi hadis ini) pun bertanya kepada Zaid, “Wahai Zaid siapakah ahlul bait Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam? Bukankah istri-istri beliau juga ahlil baitnya?” Maka Zaid pun menjawab, “Ya, para istri Nabi termasuk ahlul bait Nabi. Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah orang yang diharamkan menerima sedekah setelah wafatnya Rosulullah saw.” Lalu Husain pun bertanya, “Siapa mereka yang diharamkan sedekah itu?” Zaid pun menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Maka Husain pun kembali bertanya, “Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat?” Maka Zaid pun menjawab, “Ya”.Dari ayat-ayat Al Quran dan Hadits tersebut di atas, maka jelaslah bahwasanya istilah ahlul bait adalah istilah syari’ yang muncul dalam Al Qur’an. Istilah ahlul bait ini dimaknai sebagai keluarga dekat dan istri-istri beliau seperti dari keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas yang merupakan keluarga Bani Hasyim. Dan ini adalah menurut Ahlussunnah wal Jamaah, sedangkan menurut versi Syiah, mereka hanya menganggap bahwasanya ahlul bait itu hanyalah Ali, anaknya (Hasan dan Husain), dan Fatimah. Bahkan orang-orang Syiah secara terangan-terangan mengatakan bahwasanya seluruh pemimpin kaum muslimin selain Ali dan Hasan adalah toghut meskipun mereka menyeru kepada kebenaran. Inilah bahayanya Syiah. Mereka menganggap bahwa khulafaurasyidin adalah para perampas kekuasaan ahlul bait, maka Syiah pun mengkafirkan semua khalifah bahkan semua pemimpin kaum muslimin. Oleh karena itu, tidak perlu lagi bahwa Syiah telah menyimpang dari akidah yang lurus, yaitu akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Oleh karena itu, kita tidak boleh membatasi ahlul bait hanya kepada Ali, Hasan bin Ali, Husain bin Ali dan Fatimah binti Rosulullah saja. Pembatasan seperti ini tidak pernah ada sandarannya dari Al Qur’an maupun As Sunnah. Anggapan atau pembatasan ini muncul dan dibuat dari hawa nafsu orang-orang Syiah. Hal ini dikarenakan mereka punya dendam dan kedengkian terhadap islam dan kedengkian terhadap ahlul bait Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam. Orang-orang Syiah sejak jaman para sahabat Radliyallaahu ‘anhuma ajmain tidak menginginkan adanya kejayaan islam dalam diri kaum muslimin. Jadi, walaupun mereka menggembor-gemborkan bahwa mereka mencintai ahlul bait, padalah sesungguhnya merekalah yang membenci ahlul bait.
Mari kita perhatikan syubhat dari Syiah berikut. Syiah Rafidhah menyatakan bahwasanya Ali dan keturunannya adalah orang-orang yang ma’shum dengan dalil sabda Rasulullah yang berbunyi,
“Wahai para manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian suatu hal, kalau kalian mengambilnya maka kalian tidak akan tersesat (yaitu) Kitabullah dan ‘itrahku, Ahli Baitku.”Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggandengkan penyebutan kitabullah dan Ahlul Bait dengan wawu athof yang dalam kaidah usul fiqih dikatakan bahwa fungsi dari huruf wawu athof adalah berserikatnya dua hal yang digandengkan dalam satu hukum tidak dapat ditiadakan kecuali dengan dalil. Hal ini berarti Ahlul Bait sama dengan kitabullah dalam hal sebagai sumber hukum yang terpelihara dan itu menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang yang ma’shum. Inilah kata-kata orang Syiah bahwa ahlul bait sama dengan kitabullah, dan kitabullah tidak pernah salah sehingga ahlul bait pun tidak pernah salah atau ma’shum.
Syubhat ini dijawab oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahullah, beliau menjelaskan,
“Bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait di sini adalah para ulama, orang-orang shalih dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah dari kalangan mereka (Ahlul Bait)”Begitu juga yang dikatakan oleh Imam Abu Ja’far At-Thahawi rahimahullah,
“Al-‘Itrah adalah Ahlul Bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yaitu orang yang paham beragama dan berkomitmen dalam berpegang teguh dengan perintah Nabi.”Juga dari Syaikh Ali Al-Qari rahimahullah yang mengatakan hal yang senada dengan Imam Abu Ja’far, beliau mengatakan,
“Sesungguhnya Ahlul Bait itu pada umumnya adalah orang-orang yang paling mengerti tentang shahibul bait (yang dimaksud adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) dan paling tahu hal ihwalnya, maka yang dimaksud dengan Ahlul Bait di sini adalah Ahlul Ilmi (ulama) di kalangan mereka yang mengerti seluk beluk perjalanan hidupnya dan orang-orang yang menempuh jalan hidupnya serta orang-orang yang mengetahui hukum-hukum dan hikmahnya. Dengan ini maka penyebutan Ahlul Bait dapat digandengkan dengan kitabullah sebagaimana firman-Nya:… dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah) [Al-Jumu'ah:2]
Syaikh Al-Albani mengatakan:
Dan yang semisalnya, firman Allah Ta’ala tentang istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
“Dan ingatlah apa yang dibacakan dirumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu)…”(Al-Ahzab: 34)Maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari kalangan Ahlul Bait. Mereka itulah yang dimaksud dengan Ahlul Bait dalam hadits ini (hadits ‘itrah).
Jadi pemahaman orang-orang Syiah yang menganggap bahwa ahlul bait adalah orang yang ma’shum adalah pemahaman yang keliru.
Jadi kesimpulannyam menurut para ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang dimaksud ahlul bait adalah
- Keluarga Ali bin Abu Thalib (tentunya mencakup Ali itu sendiri)
- Fatimah (istri Ali)
- Hasan dan Husain berserta keturunannya
- Keluarga Aqil (tentunya mencakup Aqil itu sendiri dan anaknya Muslim bin Aqil beserta anak cucunya yang lain)
- Keluarga Ja’far bin Abu Thalib (tentunya mencakup Ja’far itu sendiri berikut anak-anaknya yang bernama Abdullah, Aus, dan Muhammad)
- Keluarga Abbas bin Abdul Muthalib (tentunya mencakup Abbas itu sendiri dan sepuluh putranya, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Qutsam, Al Harits, Ma’bad, Katsir, Aus, Tamam, dan putra-putri beliau juga termasuk didalamnya)
- Keluarga Hamzah bin Abdul Muthalib (tentunya mencakup Hamzah itu sendiri dan tiga orang anaknya, yaitu Ya’la, Imaroh, dan umamah )
- Semua istri Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
Dan diantara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mencintai ahlul bait sesuai dengan wasiat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya.
“Artinya : Sesungguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku”.
Sedang yang termasuk keluarga beliau adalah istri-istrinya sebagai ibu kaum mu’minin Shallallahu ‘alaihi wa sallam nna wa ardhaahunna. Dan sungguh Allah telah berfirman tentang mereka setelah menegur mereka.
“Artinya : Wahai wanita-wanita nabi ……..”. [Al-Ahzab : 32]
Kemudian mengarahkan nasehat-nasehat kepada mereka dan menjanjikan mereka dengan pahala yang besar, Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya”. [Al-Ahzab : 33]
Pada pokoknya ahlul bait itu adalah saudara-saudara dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang dimaksud disini khususnya adalah yang sholeh diantara mereka. Sedang sudara-saudara dekat yang tidak sholeh seperti pamannya, Abu Lahab maka tidak memiliki hak. Allah berfirman.
“Artinya : Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya celaka dia”. [Al-Lahab : 1]
Maka sekedar hubungan darah yang dekat dan bernisbat kepada Rasul tanpa keshalehan dalam ber-din (Islam), tidak ada manfaat dari Allah sedikitpun baginya, Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya :Hai kaum Quraisy, belilah diri-diri kamu, sebab aku tidak dapat memberi kamu manfaat di hadapan Allah sedikitpun ; ya Abbas paman Rasulullah, aku tidak dapat memberikan manfa’at apapun di hadapan Allah. Ya Shofiyyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat memberi manfaat apapun di hadapan Allah, ya Fatimah anak Muhammad, mintalah dari hartaku semaumu aku tidak dapat memberikan manfaat apapun di hadapan Allah”. [3]
Dan saudara-saudara Rasulullah yang sholeh tersebut mempunyai hak atas kita berupa penghormatan, cinta dan penghargaan, namun kita tidak boleh berlebih-lebihan terhadap mereka dengan mendekatkan diri dengan suatu ibadah kepada mereka. Adapaun keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau madlarat selain dari Allah adalah bathil, sebab Allah telah berfirman.
“Artinya : Katakanlah (hai Muhammad) : Bahwasanya aku tidak kuasa mendatangkan kemadlaratan dan manfaat bagi kalian”. [Al-Jin : 21].
“Artinya : Katakanlah (hai Muhammad) : Aku tidak memiliki manfaat atau madlarat atas diriku kecuali apa-apa yang tidak dikehendaki oleh Allah , kalaulah aku mengetahui yang ghaib sunguh aku aka perbanyak berbuat baik dan aku tidak akan ditimpa kemadlaratan”. [Al-A'raf : 188]
Apabila Rasulullah saja demikian, maka bagaimana pula yang lainnya. Jadi, apa yang diyakini sebagian manusia terhadap kerabat Rasul adalah suatu keyakinan yang bathil.
[1] (HR. Tirmidzi 2/308 dan Thabrani 2680 dan hadits ini shahih dengan syawahidnya [2] Dikeluarkan Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah No. 629]
[3] Dikeluarkan oleh Bukhary 3/4771, 2/2753, Muslim 1 Juz 3 hal 80-81 Nawawy
Langganan:
Postingan (Atom)